Selasa, 26 Februari 2013

Saatnya Bertindak



TEMPO.COTangerang-Kondisi pesisir pantai utara Tangerangyang sangat memprihatinkan. Selain rusak karena digempur abrasi, pesisir pantai Tangerang sepanjang 51 kilometer yang memanjang dari Dadap hingga Kronjo Kabupaten Tangerang saat ini dipenuhi sampah.
Sampah dibiarkan berserak dan menumpuk di pinggiran pantai. Kondisi yang paling parah berada di muara Tanjung Burung dan pantai Teluk Naga. Berbagai jenis sampah dari streofom dan aneka plastik terlihat menutupi permukaan air laut dan sungai.
Aktifis lingkungan hidup Tangerang, Romlu Revolvere mengaku prihatin dengan tumpukan sampah disepanjang pantai Tanjung Burung, Teluknaga hingga kini belum mendapatkan perhatian serius dari pemerintah setempat. "Volume sampah di pantai semakin bertambah akibat sampah kiriman dari sungai Cisadane," katanya kepada Tempo, Selasa 26 Februari 2013.
Banyaknya sampah yang berada di muara Tanjung Burung dan pantai Teluk Naga itu, kata dia, membuat posisi pantai yang persis dimuara Cisadane menyebabkan lokasi tersebut telah menyerupai tempat pembuangan sampah ilegal. "Pantai kami kini menjadi TPA illegal," kata Romly.
Menurut Romly, setiap hari sampah terus mengalir ke muara sungai dan ke laut Tangerang. "Setiap hari kiriman sampah terus terjadi, terlebih disaat terjadi banjir bandang akibat meluapnya sungai Cisadane," katanya.
Tumpukan sampah tersebut, kata Romly, membuat kondisi pantai semakin rusak, karena tumpukan sampah tersebut sulit untuk dikelola, sampah dari berbagai jenis tersebut akhirnya menumpuk begitu saja disepanjang muara dan bibir pantai Tanjung Burung.
Kondisi ini, menurut Romly, sudah terjadi bertahun-tahun dan tidak pernah ada solusi serta perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Tangerang. "Pemerintah Kabupaten Tangerang seolah-olah menutup mata terhadap kondisi ini, padahal hal ini telah terjadi bertahun-tahun, namun tidak pernah ada perhatian serius," katanya.
Masalah sampah itu, kata Romly, juga mengakibatkan kerusakan pesisir pantai Tangerang semakin parah dan menyulitkan para penggiat lingkungan untuk melakukan upaya konservasi berupa penanaman mangrove dilokasi tersebut. "Beberapa kali kami melakukan penanaman mangrove dilokasi ini, namun hasilnya tidak pernah masksimal, karena mangrove yang kami tanam mati tertimbun sampah," ujar Romly.
Tempo sempat memantau tumpukan sampah yang memenuhi muara Tanjung Burung yang berada di desa Tanjung Burung, Teluk Naga dan Desa Kohod, Kecamatan Pakuaji. Aneka jenis sampah plastik hingga streofom memenuhi permukaan sungai dan laut. Bau menyengat tercium dari jarak dua kilometer.
Warga setempat juga mengeluhkan banyaknya sampah yang semakin hari semakin banyak itu. "Bau busuk, lumpur sudah kami rasakan bertahun-tahun," kata Muhammad Guntur, 40 tahun. Menurutnya, volume sampah semakin meningkat dalam dua bulan terakhir ini. "Belum ada tindakan apapun dari pemerintah," kata dia.
Secara terpisah, Kepala Bina Hukum dan Informasi Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang, Karnata Taryadi mengakui jika pesisir pantai Tangerang saat ini tertutupi sampah. "Hampir sepanjang pantai Tangerang banyak sampah, tapi yang paling parah di muara Tanjung Burung dan pantai Teluk Naga," kata Karnata.
Sampah tersebut, kata Karnata, berasal dari aliran sungai Cisadane, Cidurian, Cimanceri yang bermuara ke lautan. "Sampah itu buangan masyarakat yang membuang sampah ke sungai," katanya. Ia mengaku kondisi paling parah di Muara Tanjung Burung karena terhubung langsung dengan sungai terbesar di Tangerang, Cisadane.
BLHD dan Dinas Kebersihan Kabupaten Tangerang, kata dia, telah berupaya melakukan pengangkutan sampah tersebut. "Tapi karena armada pengangkut sampahnya minim, kalah dengan volume sampah yang setiap harinya semakin meningkat," katanya. Sehingga, upaya pengangkutan sampah selama ini sia-sia. Menurut Karnata, pihaknya juga melakukan upaya pembersihan pantai dengan melibatkan masyarakat. Simak berita Jabodetabek lainnya di sini.

0 komentar:

Posting Komentar